Total Pageviews

Tuesday, 20 September 2016

Adab Sebelum Ilmu

Tulisan ini merupakan bagian dari Trilogi Adab yaitu: Adab sebelum ilmu, Adab terhadap Guru, dan Adab seorang Guru

 

Satu hal yang mungkin tidak kita sadari dalam kehidupan sehari-hari, adalah bahwa tidak ada sesuatupun yang bisa kita lakukan dengan benar tanpa ilmu. Ya, seberapa sederhananya pun ilmu tersebut. Sebagai contoh, dimulai sejak bangun tidur, kita sudah bangun dengan cara dari ilmu yang kita pahami. Kebanyakan diantara kita tidak langsung bangun dengan tergesa. Disadari atau tidak, mungkin untuk beberapa saat kita akan membuka mata terlebih dahulu sambil tiduran, berdo’a karena Allah Swt sudah membangkitkan kita kembali dari tidur, baru kemudian bangkit dan duduk di tepi tempat tidur sebentar. Setelah itu, baru bangkit dan berjalan keluar kamar untuk minum ataupun ke kamar mandi. Mengapa proses seperti ini kita lakukan? Bisa jadi karena kita tahu dari literatur bahwa bangun seketika dan terburu-buru bangkit tidaklah baik untuk kesehatan. Mungkin juga karena dari pengalaman sebelumnya kita pernah pusing dan terhunyung ketika bangkit dengan tiba-tiba. Atau, kita sadar bahwa kita masih malas dan merasa bahwa tubuh belum siap beraktifitas.

Jadi, melalui cara bagaimanapun ilmu itu didapat, ilmu telah menjadi pijakan kita dalam bertindak.
Jika kemudian ada pertanyaan: “Mengapa kita harus menuntut ilmu? Sampai kapan? Bukankan kita dahulu sudah mengenyam pendidikan formal, bahkan mungkin sampai level tertinggi dari yang bisa kita capai? Terus, apa manfaatnya?”
Allah Swt telah memerintahkan kita untuk tidak berhenti menuntut ilmu. Tidak ada sesuatu yang diperintahkan kepada kita yang tidak ada manfaatnya. Beberapa manfaat menuntut ilmu adalah sebagai berikut.
Pertama, dengan menuntut ilmu, berarti kita tetap berada di jalan Allah Swt. Hal ini didasarkan pada hadist yang berbunyi: “Barangsiapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, berarti dia berada di jalan Allah hingga dia pulang” (HR. Turmudzi).  Mari bayangkan, siapa yang tidak menginginkannya….?
Kedua, seorang yang sedang menuntut ilmu akan nendapatkan PAHALA yang mengalir TERUS MENERUS. “ Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal; yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang selalu mendoakan orangtuanya” (HR. Muslim). Dari mana kita akan bisa memanfaatkan ilmu jika kita sendiri tidak memilikinya…?
Ketiga, adalah agar tidak TERLAKNAT. “Dunia dan seisinya terlaknat, kecuali yang memanfaatkannya demi kepentingan dzikrullah dan yang serupa dengan itu, para ulama dan orang-orang yang menuntut ilmu” (HR. Turmudzi).
Pertanyaan berikutnya adalah: Mengapa kita harus mempelajari adab sebelum menimba ilmu? Jawabnya adalah KARENA keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada Guru.
Banyak orang yang belajar ilmu tapi kemudian putus di tengah jalan, karena dia tidak memperhatikan adab-adab dalam mempelajari ilmu.  Ada juga orang yang mempelajari ilmu, tetapi ilmunya tidak mendatangkan manfaat, dan justru mendatangkan mudharat bagi dirinya bahkan orang lain. Hal ini bisa jadi dikarenakan  ia tidak mengerti tentang adab-adab tadi. Oleh sebab itu, hendaknya seseorang  memperhatikan masalah adab ini agar ilmunya bermanfaat. Beberapa adab dalam mencari ilmu adalah sebagai berikut. 
  • Ikhlas untuk Allah Swt semata. Lillahi Ta’ala… in everything we do. Jangan sampai kita belajar suatu ilmu dengan harapan agar dikatakan menjadi seorang yang berilmu. Ini adalah niat yang tidak benar. Seharusnya kita belajar adalah karena belajar merupakan ibadah. Kita belajar untuk mengangkat kebodohan dari diri kita dan juga orang lain.
  • Hendaklah benar-benar bekerja keras. Tidak selalu jalan dalam menuntut ilmu itu mulus dan menyenangkan. Untuk meneguhkan hati, hendaknya kita menyadari benar bahwa ‘sesuatu yang luar biasa tidak akan didapatkan melalui cara yang biasa-biasa saja’.
  • Tidak cepat puas. Ini berarti bahwa jangan sampai baru sedikit yang diketahui, kemudian berhenti belajar. Kita tidak boleh berkata bahwa kita malas belajar, karena merasa sudah mengetahui segala macam hal atau merasa sudah cukup. Jika seseorang belajar terus menerus, maka ia akan merasa bahwa ilmu itu bagai sebuah lautan. Seorang ulama pernah mengatakan: Barangsiapa belajar ilmu agama sejengkal, maka nanti ia akan sombong. Kemudian ia berhenti belajar. Barangsiapa menuntut ilmu agama satu hasta, maka nanti ia baru akan tahu bahwa dia adalah seorang yang jahil. Barangsiapa belajar ilmu agama lebih banyak lagi dari itu, maka baru ia akan tahu bahwasanya ilmu itu adalah lautan yang luas tidak ada tepinya.
  • Tidak menjadikan ilmunya sebagai hakim bagi orang lain. Ada jenis orang yang sering terdorong untuk senantiasa menghakimi orang lain. Sebagai contoh, kita tahu tentang keutamaan bersedekah. Suatu saat melihat seorang teman bersedekah Rp.1000. Dalam hati diam-diam bergumam: Masa Cuma seribu. Seperti saya dong, 20 ribu. Padahal bisa jadi dia bersedekah seribu karena kita ada di dekatnya. Sedangkan  jika kita tidak disana, dia bersedekah seratus ribu. Jauh  lebih banyak dari yang kita lakukan. Hal tadi dia lakukan dikarenakan dia ingin menutupi ibadahnya.
  • Mencari guru yg tepat dan tidak menuntut kesempurnaan. Dalam  mencari ilmu kita harus berusaha mencari guru yang tepat dan mumpuni di bidangnya; namun tetap tidak menuntut kesempurnaan. Mengapa? Karena tidak ada orang yg sempurna. Tidak seorangpun. Jadi, jika pun sampai ada kesalahan, hendaknya seorang murid memaklumi kesalahan mereka.
  • Menyadari kapasitas diri. Ketika memang tidak tahu tentang suatu ilmu, maka janganlah kita berkata begini dan begitu. Seorang ulama mengatakan “Adalah bagian dari ilmu ketika mengatakan tidak tahu manakala memang tidak tahu”.
  • Menghiasi diri dengan ahlak yang mulia. Termasuk dalam hal ini adalah menjauhi maksiat, memilih teman yang soleh, memperbanyak zikir, menjaga kehormatan, dan memohon do’a serta keridhoan orang tua. Karena hampir tidaklah berguna seseorang memiliki ilmu agama, ketika akhlaknya tidak berubah dengan bertambahnya ilmu.
  • Setelah mendapatkan ilmu, hendaknya mengamalkan ilmunya tersebut. Sebagai contoh, ketika kita tahu keutamaan belajar, maka kita harus tergerak untuk belajar atau mengajari orang lain dengan ilmu yang kita punya.  
  • Senantiasa bekerjasama dengan teman-teman. Kita mempunyai kewajiban untuk saling bahu membahu dalam mengerjakan kebaikan. Kita diharuskan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, tetapi dilarang untuk saling tolong menolong dalam kemaksiatan.
  • Menghormati guru. Sekali lagi, keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada Guru.
Wallahu a’lam….



No comments:

Post a Comment

Jangan lupa tulis komentar yaa..... Terimakasih.